Guru adalah instrumen utama sekolah.
Kualitas pembelajaran serta profesional tidaknya layanan pendidikan ditentukan
oleh kualitas guru.
Perlu disadari bahwa tidak semua guru
memiliki kualitas sebagai guru. Faktanya, ada orang yang menjadi guru karena
memang memiliki mentalitas guru, tapi ada juga yang hanya karena “nasib” saja
yang membuatnya menjadi guru. Kualitas guru dapat ditelusuri berdasarkan:
1. Kompetensinya,
yakni keahliannya mengelola pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga
evaluasi.
2. Orientasinya
pada kepuasan kerja, yakni kemauan dan rasa tanggung jawab untuk membuat siswa
berhasil.
Secara sederhana, tipe guru dapat
dipetakan ke dalam bagan berikut.
1.
Tipe Profesional
Ini
adalah tipe guru terbaik yang diharapkan ada pada tiap sekolah. Guru ideal
dituntut memiliki keahlian (kompetensi) mengajar tinggi, mulai dari perencanaan
hingga evaluasi.
Guru
tersebut juga memiliki sikap mental dan moralitas yang penuh tanggung jawab.
Dia memiliki hasrat kuat dan rasa tanggung jawab tinggi untuk membuat anak
didik berhasil. Di antara ciri-ciri guru tipe ini adalah:
a. Biasa
mempersiapkan disain, berbagai instrumen dan bahan pembelajaran tanpa diminta,
karena menganggapnya sebagai kebutuhan.
b. Aktif
mencari dan mengembang-kan bahan-bahan pembelajaran sendiri.
c. Aktif
mencari cara agar seluruh anak didiknya berhasil.
d. Sering
menjadikan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
e. Aktif
mengevaluasi kinerjanya sendiri agar kualitas pembela-jarannya meningkat.
f. Berusaha
menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
g. Keberhasilan
mengajar tinggi.
1) Dia
malu/tidak puas bila anak didiknya belum berhasil.
2) Dia terus
berusaha mencari cara agar siswanya berhasil mencapai kompetensi.
h. Lebih suka
berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
1) Mempunyai
kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
2) Sering
menjadi idola siswa.
2.
Tipe Potensial/Pembelajar
Ini
tipe guru minimal yang diharapkan setiap sekolah. Mereka guru baru atau lama
yang memiliki kemauan dan tanggung jawab tinggi untuk membuat siswanya
berhasil, meski kompetensinya belum optimal. Guru tipe ini dicirikan dengan:
a. Menyadari
fungsi perencanaan, instrumen dan bahan ajar, tetapi masih kesulitan menyusun
dan mengembangkannya.
b. Belum
benar-benar percaya diri, tetapi tak segan bertanya/belajar pada sejawat atau
atasan bila ada masalah yang belum dia kuasai.
c. Tidak segan
bertanya/belajar agar seluruh anak didiknya berhasil.
d. Banyak
membahas masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
e. Suka
mengevaluasi kinerja sendiri, dan terbuka pada kritik, saran dan masukan orang
lain.
f. Berusaha
menjadi contoh dan pembimbing terbaik bagi siswa.
g. Keberhasilan
mengajar tinggi.
1) Dia malu
atau takut bila anak didiknya belum berhasil.
2) Dia terus
berusaha dan tidak berhenti mencari cara agar siswanya berhasil mencapai
kompetensi. Meski demikian, kadang dia masih gugup bila menghadapi komplain
oleh wali murid.
h. Selama jam
sekolah lebih suka berkumpul dengan siswa dibanding guru sehingga:
1) Mempunyai
kedekatan dan pengaruh kuat pada siswa.
2) Potensial
jadi idola siswa.
3.
Tipe Sinis
Ini
adalah tipe guru yang buruk, tetapi banyak dijumpai di sekolah. Tipe ini
memiliki cukup kepercayaan diri karena cukup lama mengajar.
Meski
begitu, kualitas pembelajaran-nya tidak cukup baik, karena tipe ini kurang
fokus pada keberhasilan siswa. Dia kurang memiliki rasa tanggung jawab, hingga
kurang peduli apakah siswanya berhasil atau tidak. Di antara karakteristik guru
tipe ini:
a. Meski
mampu, dia enggan mempersiapkan instrumen dan bahan pembelajaran, karena
menganggap itu sebagai beban.
b. Kompetensinya
tidak berkem-bang, karena enggan mencari dan mengembangkan diri.
c. Enggan
berusaha agar siswa berhasil, tidak berorientasi pada kepuasan kerja, dan
perhitungan.
1) Biasa
bilang Dibayar berapa? atau Ada tambahan berapa?
2) Menyikapi
tugas sebagai beban kwajiban dan suka menghindari tugas sekolah.
3) Suka
beralasan repot bila imbalan tidak memadai.
4) Kaya alasan
untuk membe-narkan diri sendiri.
d. Jarang
membicarakan masalah pembelajaran dan siswa sebagai topik pembicaraan.
1) Fokus
perhatiannya bukan pada kualitas kerja.
2) Akrab
dengan pembicaraan negatif, kasak-kusuk dan tidak jarang yang berbau sinisme dan
permusuhan.
e. Tidak
peduli pada kinerja sendiri.
1) Malas
bekerja bila tidak ada atasan atau tidak dimandori.
2) Hanya aktif
bila ada maunya, seperti kalau ada promosi atau takut kena sanksi.
f. Tidak
peduli apakah sikap dan perilakunya layak menjadi contoh bagi siswa atau tidak.
g. Keberhasilan
mengajar rendah.
1) Keberhasilan
siswa/kepuasan wali murid bukan tujuan.
2) Tidak malu
dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
3) Hanya
bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
4) Tidak
disiplin, tidak sungguh-sungguh dan lebih suka santai dalam mengajar.
h. Lebih suka
berkumpul dengan guru dibanding siswa, sehingga:
1) Kalau bukan
guru galak pasti nyantai dan cuek pada siswa.
2) Berusaha
dekat dengan siswa bila perlu pengakuan.
3) Karakter
anak didik tidak konstruktif.
4) Biang gosip
di sekolah.
4.
Tipe Drop-Out
Ini
adalah tipe guru terburuk, tetapi kadang ada juga sekolah bernasib apes karena
punya guru semacam ini. Guru tipe ini tidak punya kemampuan pembelajaran memadai.
Dia juga tidak peduli apakah hasil pembelaja-rannya baik atau tidak.
Lebih
tragis lagi, dia juga sulit belajar (dhêdêl), sehingga sulit dikembangkan
kemampuannya. Singkatnya, tipe ini adalah guru bodoh dan bermental buruk, yang
di antara ciri-cirinya:
a. Mengeluh
bila diminta menyusun disain dan instrumen pembela-jaran, karena dia tidak
menyadari itu sebagai kebutuhan guru.
b. Kompetensi
tidak berkembang:
1) Keahlian
keguruan rendah.
2) Sulit
memahami dan mudah bingung bila dihadapkan pada konsep baru.
c. Tidak
berusaha keras agar siswa berhasil. Selain tidak berorientasi pada kepuasan
kerja, dia tidak menyadari kekurangan.
d. Jarang
membicarakan pembela-jaran dan siswa sebagai topik pembicaraan, karena:
1) Visi
pendidikannya lemah.
2) Tidak
berpendirian, mudah terpengaruh orang lain.
3) Emosional
dan kemampuan berfikir rasionalnya rendah.
4) Kadang
mudah tersinggung.
e. Tidak
peduli pada kinerja sendiri.
1) Kurang
mampu mengajar.
2) Tidak
disiplin.
3) Kadang
perhitungan, tanpa menyadari bahwa itu artinya dia minta agar orang lain
menghargai kebodohannya.
f. Tidak tahu
sikap dan perilakunya layak jadi contoh siswa atau tidak.
g. Hasil
pembelajaran rendah, tetapi bersikap santai seolah tidak ada masalah, karena:
1) Keberhasilan
siswa dan kepu-asan wali murid bukan tujuan.
2) Tidak malu
dan tidak peduli meski ada anak didiknya yang belum berhasil.
3) Hanya
bekerja keras bila ada imbalan materi yang sepadan.
h. Suka
berkumpul baik dengan guru maupun siswa pada jam sekolah.
1) Lebih mudah
akrab dengan guru sinis dari pada guru potensial atau profesional.
2) Mudah
terpengaruh dan menjadi pengukut setia guru tipe sinis.
3) Perilaku
anak didik tidak konstruktif, karena tidak punya pretensi mendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar